Selasa, 23 Desember 2014

BAB 8 PART 2

Sandy menutup pintu apartemen dan menarik napas panjang. Ia melemparkan tasnya ke kursi lalu duduk di lantai.
Kenapa bisa begini? Acara makan siang yang menyenangkan berubah menjadi kekacauan. Sandy tidak bisa menggambarkan perasaannya ketika ia keluar dari restoran dan tiba-tiba berhadapan dengan segerombolan wartawan yang tidak henti-hentinya menjepretkan kamera, meneriakkan namanya, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Seakan kejadian yang dialaminya tadi tidak nyata, seperti mimpi.
Apa yang harus ia lakukan? Apa yang sudah ia lakukan?
Mungkin sejak awal seharusnya ia tidak terlibat dengan Jung Tae-Woo. Namanya kini sudah tersebar dan mungkin besok wajahnya akan terpampang jelas di tabloid-tabloid. Sebenarnya hanya satu hal yang mencemaskannya, yaitu reaksi orangtuanya. Bagaimana ia harus menjelaskan semua ini kepada orangtuanya?
Sandy meraih tas dan mengeluarkan ponsel. Baterai ponsel itu masih belum dipasang. Ia menatap ponselnya. Apakah ia harus menelepon orangtuanya? Kalau orangtuanya tahu, mereka pasti tidak akan tinggal diam, apalagi ibunya. Meski ia menjelaskan bahwa semua itu tidak benar dan sesungguhnya ia sama sekali tidak punya hubungan apa pun dengan Jung Tae-Woo, ia yakin keadaannya tidak akan berbeda.
Jung Tae-Woo. Pikiran Sandy kembali melayang ke saat ia berada dalam pelukan laki-laki itu. Ketika Jung Tae-Woo memeluknya, waktu seakan berhenti berputar. Ketika Jung Tae-Woo mengatakan semuanya akan baik-baik saja, ia benar-benar percaya. Ketika Jung Tae-Woo melepaskan pelukannya, keyakinan diri itu hilang lagi. Kenapa begini?
89
Jung Tae-Woo. Sandy tidak sepenunya jujur pada laki-laki itu. Apakah ini adil baignya? Sandy bangkit dan menghampiri lemari kecil di samping televisi. Ia membuka lemari itu dan mengeluarkan kantong ungu kecil yang terbuat dari kain beludru. Ia membuka ikatan kantong itu, merogohnya dan mengeluarkan bros berbentuk hati berwarna merah mengilat dengan pinggiran keemasan. Sandy menatap bros di telapak tangannya itu sambil berpikir. Sejak awal ia seharusnya tidak boleh terlibat dengan Jung Tae-Woo. Andai saja ia menolak…
Tapi saat itu ia benar-benar ingin tahu.
Apakah sekarang ia sudah mendapatkan jawaban?
Bel pintu berbunyi, menarik pikiran Sandy kembali ke alam sadar. Sandy berjalan tanpa suara ke pintu dan mengintip dari lubang kecil di pintunya. Ia melihat wajah Lee Jeong-Su. Lagi-lagi dia. Sandy tidak ingin bicara dengannya, terlebih lagi saat ini.
Lee Jeong-Su mengetuk pintu dan berkata, “Soon-Hee, buka pintunya. Aku tahu kau ada di dalam.”
Sandy mengerutkan kening. Ia tetap tidak bergerak dari balik pintu.
“Kita harus bicara, Soon-Hee,” kata Lee Jeong-Su lagi. “Aku akan terus menunggu di sini sampai kau mau membuka pintu.”
Sandy mendengus pelan. Terserah saja, katanya dalam hati. Kau mau menunggu sampai besok? Silakan. Ia membalikkan tubuh dan berjalan ke tempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar