Senin, 08 Desember 2014

BAB 3 PART 2

“Kau bisa baca sendiri beritanya di koran,” sahut Jung Tae-Woo sambil membolak-balikkan potongan daging di atas panggangan.
Sandy meringis, lalu menoleh ke arah Park Hyun-Shik yang sedang meneguk soju. “Paman tidak makan?” tanyanya ketika melihat pria itu tidak memegang sumpit.
Park Hyun-Shik meraih sumpit dan berkata, “Soon-Hee ssi…”
“Kalian boleh memanggilku Sandy saja,” Sandy menyela dengan cepat dan memandang Park Hyun-Shik dan Jung Tae-Woo bergantian.
Jung Tae-Woo mendengus pelan, tapi tidak menjawab.
Pakr Hyun-Shik berdeham dan melanjutkan, “Oke, kalau memang kau tidak keberatan. Sandy, sepertinya aku belum pernah bertanya, tapi apa kau punya pacar sekarang ini?”
Sandy tersedak mendengar pertanyaan Park Hyun-Shik. “Pacar?”
Park Hyun-Shik cepat-cepat berkata, “Aku tidak bermaksud mencampuri urusan pribadimu, tapi kalau kau memang punya pacar, itu bisa agak menyulitkan. Kau tidak mungkin bisa menyembunyikan hal ini darinya.”
Sandy mengangguk-angguk pelan. “Oh,” gumamnya. “Tenang saja, aku tidak punya pacar.”
“Siang tadi ketika aku meneleponmu, bukankah kau sedang bersama pacarmu?” Jung Tae-Woo menimpali.
Sandy menoleh ke arahnya. “Siang tadi? Aah… dia bukan pacarku.”
“Kedengarannya seperti pacar,” Jung Tae-Woo bersikeras.
Sandy menatap kedua laki-laki itu dengan mata disipitkan. “Baiklah,” akhirnya ia berkata. Ia meletakkan sumpitnya di meja. “Karena kalian curiga begitu, aku akan mengatakan yang sebenarnya.”
“Dia pacarmu?” tanya Jung Tae-Woo langsung.
“Bukan,” Sandy menegaskan. “Aku dan dia memang pernah berhubungan, tapi hubungan itu sudah berakhir delapan bulan yang lalu.”
“Lalu hubungan kalian sekarang masih baik?” Kali ini Park Hyun-Shik yang bertanya.
“Susah mengatakannya,” sahut Sandy agak bingung. Ia bertopang dagu dan mengerutkan kening. “Sebenarnya setelah berpisah, kami tidak bertemu lagi. Kemudian kira-kira sebulan lalu dia mulai menghubungiku. Aku juga tidak tahu apa maunya.”
“Itu artinya dia ingin kembali kepadamu,” kata Jung Tae-Woo. “Kenapa kau memutuskan dia waktu itu? Itu juga kalau kami boleh tahu.”
Alis Sandy terangkat. “Siapa bilang aku yang memutuskannya? Dia sendiri yang minta putus dariku karena dia tertarik pada wanita lain.”
40
Kedua laki-laki itu menatapnya dengan pandangan aneh. Apakah pandangan itu disebabkan rasa kasihan? Sandy memang merasa dirinya dulu sangat menyedihkan. Pacar yang ia percayai meninggalkannya demi wanita lain.
“Tidak usah melihatku seperti itu. Aku tidak apa-apa. Waktu itu aku memang sedih, tapi aku bukan tipe wanita yang histeris. Ada banyak hal yang bisa membuatku bahagia. Banyak sekali…”
Merasa canggung telah membicarakan masalah pribadinya pada kedua pria itu, sebelum Sandy bisa menghentikan dirinya sendiri, bibirnya terus mengoceh, “Mmm, aku suka mendengarkan musik, suka keripik kentang, bunga, kembang api, hujan, dan bintang. Jadi waktu itu untuk menenangkan diri, aku makan banyak sekali keripik kentang dan aku sering membeli bunga untuk diriku sendiri. Kedengarannya mungkin aneh, tapi perasaanku langsung jadi lebih baik.”
“Lalu kenapa sekarang dia mendekatimu lagi?” desak Jung Tae-Woo.
Sandy mengangkat bahu. “Mana aku tahu.”
“Mungkinkah dia sudah berpisah dengan wanita yang dulu itu?” tanya Park Hyun-Shik.
Sandy memiringkan kepala. “Sepertinya belum.”
“Bagaimana denganmu?” tanya Jung Tae-Woo sambil menatap Sandy ingin tahu.
Sandy membalas tatapannya. “Bagaimana apanya?”
“Kau masih mengharapkannya?”
Sandy terdiam sejenak, lalu ia mengetukkan sumpitnya ke piring dan berkata, “Sudahlah, jangan dibicarakan lagi. Yang penting sekarang aku tidak punya pacar dan tidak akan menyulitkan kalian berdua. Ayo, makan lagi.”
Jung Tae-Woo masih terlihat tidak puas, tapi kali ini Sandy berhasil mengendalikan mulutnya. Bagaimanapun, ia kan baru mengenal kedua laki-laki itu, rasanya tidak nyaman membicarakan masalah pribadinya dengan mereka.
Sandy berdeham untuk mengalihkan topik, lalu bertanya, “Lalu rencana selanjutnya apa? Paman akan memotret kami lagi?”
Park Hyun-Shik menggeleng. “Tidak. Untuk saat ini kau boleh bersantai dulu. Meski kau harus tetap siap seandainya kami tiba-tiba butuh bantuanmu.”
“Aku mengerti,” ujar Sandy. “Yang jadi bosnya kan kalian berdua.”
“Oh ya, hari Sabtu nanti Tae-Woo akan mengadakan jumpa penggemar untuk mempromosikan album barunya,” kata Park Hyun-Shik tiba-tiba. “Kau mau datang?”
Sandy tersedak dan terbatuk-batuk. Sumpitnya terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai.
41
Sandy memungut sumpit yang jatuh dan mengulurkannya kepada Park Hyun-Shik. “Maaf, sepertinya aku makan terlalu buru-buru,” katanya sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya yang basah karena keringat dingin ke celana jins.
“Tidak perlu rakus seperti itu,” kata Jung Tae-Woo. Sama sekali tidak membantu.
Sandy tidak mengacuhkannya dan bertanya pada Park Hyun-Shik, “Jumpa penggemar? Seperti yang dulu?”
Jung Tae-Woo tertegun menatap daging panggangnya. Ia kaget Sandy tahu soal jumpa penggemar terakhir yang dilakukannya sebelum mengambil jeda dari dunia selebriti.
“Tidak, tidak seperti dulu,” Park Hyun-Shik cepat-cepat menyela sebelum suasana hati Tae-Woo berubah menjadi buruk. “Kali ini tidak seramai dulu. Kami akan membatasi jumlah penonton. Bagaimana? Kau mau datang?”
“Oh, begitu? Hmmm…” Sandy menerima sumpit baru yang diulurkan Park Hyun-Shik. “Aku boleh datang?”
Jung Tae-Woo mendengus dan meneguk soju-nya, rupanya Park Hyun-Shik terlambat menyelamatkan situasi. “Untuk apa kau datang? Memangnya kau termasuk penggemarku?”
“Memang bukan,” jawab Sandy terus terang, lalu menjepit daging panggang dan memasukkannya ke mulut. Ia melihat Jung Tae-Woo menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya, seolah menantinya memberi alasan.
Entah kenapa sandy merasa tidak nyaman dengan cara Tae-Woo memandangnya itu, ia pun berdecak. “Ya sudah, aku tidak akan datang. Lagi pula aku juga sudah bosan melihatmu. Aneh juga, kenapa teman-temanku begitu menyukaimu ya?”
Tae-Woo sudah membuka mulut untuk membalas komentar Sandy, tapi Park Hyun-Shik buru-buru menengahi, “Jangan begitu. Aku akan memberikan dua lembar tiket untukmu. Datanglah bersama temanmu hari Sabtu nanti. Kau belum pernah mendengar Tae-Woo menyanyi, kan?”
Sandy meringis dan menatap Jung Tae-Woo yang melahap daging panggang dengan kesal. “Sebenarnya pernah. Di televisi…,” katanya.
Setelah beberapa saat Sandy memutuskan untuk melunak, “Bagaimana? Aku boleh datang, tidak? Siapa tahu setelah pergi ke acara itu, aku jadi bisa melihat apa yang tidak kulihat selama ini. Siapa tahu nantinya aku jadi bisa mengerti kenapa banyak orang menyukaimu.”
Jung Tae-Woo menatapnya dan mendesah. “Datang saja kalau kau mau. Tapi jangan macam-macam.”
Sandy tersenyum jail, tiba-tiba saja ia merasa menggoda Tae-Woo adalah kegiatan yang menyenangkan, dan berkata, “Baiklah, kau mau aku berpura-pura menjadi
42
penggemarmu yang paling fanatik? Aku bisa berlari ke arahmu dan memelukmu kuat-kuat. Lalu menjerit-jerit memanggil namamu. Tae-Woo Oppa! Aku cinta padamu! Itu yang biasanya dilakukan para penggemarmu, kan?”
“Mungkin sebaiknya kau tidak usah datang,” kata Tae-Woo sambil meletakkan sumpitnya dengan keras. “Benar. Jangan datang!”
Sandy menggoyang-goyangkan jari telunjuknya. “Kau tadi sudah setuju. Tidak boleh ditarik kembali. Lagi pula temanku Kang Young-Mi penggemar beratmu. Aku sudah merasa tidak enak karena harus menyembunyikan masalah ini darinya. Dia sangat ingin mendapatkan tanda tanganmu. Jadi, aku pasti akan mengajaknya ke acara jumpa penggemarmu Sabtu nanti.”
Jung Tae-Woo hanya bisa menarik napas panjang. “Ya, ya, terserah kau sajalah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar