Jeong-Su tersentak dan menatap wanita yang duduk di hadapannya. Jin Da-Rae memang wanita yang cantik dan menawan. Wanita itulah alasannya meninggalkan Soon-Hee dulu. Tapi sekarang sepertinya ada sedikit penyesalan dalam hatinya.
“Aku tidak menyangka Soon-Hee punya teman yang terkenal seperti Jung Tae-Woo. Bagaimana bisa?” kata Jin Da-Rae sambil mengerutkan kening. “Aku memang pernah membaca di majalah tentang hubungan Jung Tae-Woo dengan wanita yang bernama Han Soon-Hee, tapi aku tidak menyangka berita itu benar dan wanita yang dimaksud adalah Han Soon-Hee yang ini.”
Jeong-Su hanya bergumam tidak jelas menanggapi perkataannya.
“Nah, kau sudah tidak perlu mengkhawatirkannya karena sekarang dia sudah punya pacar yang terkenal,” Jin Da-Rae melanjutkan tanpa memandang Jeong-Su.
Jeong-Su bergumam sekali lagi dan melirik ke arah Soon-Hee. Gadis itu tertawa sambil menutup mulut dengan sebelah tangan, sedangkan Jung Tae-Woo menatapnya sambil tertawa kecil. Apa yang mereka tertawakan? Apa yang mereka bicarakan? Kapan terakhir kalinya ia melihat Soon-Hee tertawa seperti itu? Ia sudah lupa. Tiba-tiba saja ia merasa rindu pada tawa gadis itu.
“Lee Jeong-Su ssi!”
Jeong-Su tersentak sekali lagi mendengar namanya disebut dengan nada tinggi.
Jin Da-Rae sedang menatapnya kesal. “Kau sama sekali tidak mendengarkan apa yang baru saja kukatakan, kan?”
“Tentu saja aku mendengarkan,” Jeong-Su mencoba membantah.
“Bagaimana kau bisa mendengarku kalau kau terus memerhatikan Han Soon-Hee?”
“Aku tidak memerhatikannya.”
Jin Da-Rae mengangkat kedua tangan. “Sudah cukup. Sekarang juga aku ingin pergi dari sini. Kita pergi ke tempat lain saja.”
Jeong-Su mengerutkan kening. “Da-Rae, kau sendiri yang bilang kau ingin makan malam di sini. Kenapa sekarang kau ingin pergi?”
Jin Da-Rae melipat tangan di depan dada dan mendengus kesal. “Aku berubah pikiran. Aku ingin pergi ke tempat lain. Ayo, kita pergi.”
Tanpa menunggu lagi, Jin Da-Rae meraih tas tangannya dan bangkit dari kursi. Jeong-Su berusaha menahannya, tapi tidak berhasil. Ia mendesah dan menoleh ke arah Soon-Hee sekali lagi. Tentu saja gadis itu tidak sedang melihat ke arahnya. Jeong-Su menarik napas, membayar makanan, dan menyusul Jin Da-Rae.
Sandy menyadari kepergian Jin Da-Rae dan Lee Jeong-Su dari restoran itu. Jung Tae-Woo juga.
108
“Mereka pergi,” kata Tae-Woo sambil melihat ke arah pintu restoran.
Sandy hanya berdeham dan menatap piringnya yang sudah hampir kosong. Ia kesal. Kenapa perasaannya masih tidak enak ketika melihat Lee Jeong-Su dan Jin Da-Rae bersama? Kenapa ia masih belum bisa melupakan masalah delapan bulan yang lalu? Tidak mungkin ia masih mengharapkan Lee Jeong-Su, kan?
“Lagi-lagi ekspresi itu.”
Sandy mengangkat wajahnya dan memandang Jung Tae-Woo. Laki-laki itu sedang mengamati wajahnya. “Apa?” tanya Sandy.
Jung Tae-Woo menyandarkan punggung ke kursi dan tersenyum kecil. “Setiap kali menyebut nama mantan pacarmu dan setiap kali kau menerima telepon darinya, ekspresi wajahmu pasti jadi seperti itu. Ekspresi wajah yang tertekan, seakan-akan kau harus menyelesaikan semua masalah yang ada di dunia.”
Sandy menunduk. “Maaf.”
Jung Tae-Woo memandang ke luar jendela. “Nah, apa yang bisa kita lakukan agar kau tidak memasang wajah seperti itu lagi? Mmm… Ah, aku tahu!”
Sandy menatap Jung Tae-Woo dengan penuh rasa ingin tahu.
Jung Tae-Woo berpaling kembali ke arahnya sambil tersenyum lebar. “Tunggu sebentar.”
Sandy bertambah bingung ketika Jung Tae-Woo bangkit dari kursi dan berjalan keluar dari restoran. Apa yang akan dilakukannya?
Tidak lama kemudian Jung Tae-Woo kembali dan berkata kepada Sandy, “Setelah makan, aku akan membawamu ke suatu tempat.”
Ketika mereka sudah menyelesaikan makan malam mereka, Jung Tae-Woo membawa Sandy turun ke lantai dasar gedung hotel itu.
“Jung Tae-Woo ssi, kita mau ke mana?” tanya Sandy ketika mereka menyeberangi lobi utama hotel.
“Kau akan tahu,” Jung Tae-Woo menjawab pendek.
Ternyata Jung Tae-Woo membawanya ke taman belakang hotel. Taman itu luas sekali dengan kolam renang besar di tengah-tengahnya. Lampu-lampu taman dinyalakan sehingga walaupun hari sudah malam, taman itu tidak terlihat gelap. Lampu-lampu di dalam kolam renang juga dinyalakan sehingga mereka bisa melihat dasar kolam renang dengan jelas.
“Ah, menyenangkan sekali berada di udara terbuka,” kata Jung Tae-Woo sambil duduk di salah satu kursi kayu di pinggir kolam renang.
Sandy melihat ke kiri dan kanan dengan bingung. Kenapa Jung Tae-Woo membawanya ke sini? Tidak ada orang lain di taman itu. Meski sepi sekali, Sandy menikmati kesunyian itu.
109
“Jung Tae-Woo, kenapa kita ke tempat ini?” tanyanya sambil duduk di kursi di samping laki-laki itu.
“Kalau tidak salah, beberapa hal yang bisa membuatmu bahagia adalah mendengarkan musik, makan keripik kentang, bunga, kembang api, hujan, dan bintang. Aku benar, kan?”
Sandy agak kaget mendengar kata-kata Jung Tae-Woo. Ia sendiri tidak ingat kapan ia memberitahu Tae-Woo tentang hal itu.
Jung Tae-Woo melanjutkan, “Sekarang aku tidak punya keripik kentang, aku tidak tahu kau suka musik apa. Bunga, kau sudah memegangnya.”
Sandy menatap mawar yang sedang dipeluknya. Ia masih tidak mengerti apa yang ingin dikatakan Jung Tae-Woo.
Jung Tae-Woo mendongak menatap langit yang gelap dan berkata, “Tidak ada bintang malam ini dan sayang sekali aku tidak bisa memanggil hujan.” Ia menoleh ke arah Sandy. “Kalau begitu, hanya tinggal satu yang bisa dilakukan.”
Alis Sandy terangkat ketika Jung Tae-Woo mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
“Halo? Ya, Anda bisa memulainya sekarang,” katanya kepada seseorang di ponsel. Setelah itu ia menutup ponsel dan tersenyum kepada Sandy. Ia mengangkat sebelah tangan dan menunjuk ke langit. “Coba lihat di sana.”
Sandy memandang ke langit yang gelap dengan dahi berkerut. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sedang dipikirkan Jung Tae-Woo. Ia baru saja akan membuka mulut untuk bertanya lagi ketika ia mendengar bunyi desingan lalu letupan. Saat itu juga matanya melihat cahaya warna-warni di langit. Bunyi desingan dan letupan itu terdengar lagi, sambung-menyambung. Langit malam pun tampak semakin semarak dengan cahaya indah warna-warni.
Kembang api! Banyak sekali kembang api!
Tanpa sadar Sandy berdiri dari kursinya. Sebelah tangannya terangkat ke mulut. Matanya terpaku pada berkas-berkas sinar yang meluncur ke langit dan meledak menjadi bunga-bunga api. Ini pertama kalinya ia melihat kembang api sebanyak itu secara langsung dan merasa begitu takjub sampai-sampai dadanya terasa sesak.
“Bagaimana?”
Sandy menoleh dan melihat Jung Tae-Woo berdiri di sampingnya. Ia kembali menatap langit. “Ini pertama kalinya aku melihat kembang api sungguhan, dan bukan dari televisi.”
“Perasaanmu sudah baikan?”
Sandy menoleh kembali ke arah Jung Tae-Woo. Ia tidak menyangka ternyata laki-laki itu sedang berusaha menghiburnya. Sandy tersenyum dan berkata, “Jauh lebih
110
baik. Kau tahu kau tidak perlu melakukan semua ini. Tapi, bagaimanapun, terima kasih.”
Jung Tae-Woo balas tersenyum. “Aku tahu akhir-akhir ini kau merasa tertekan. Kau sudah membantuku. Jadi kalau aku bisa membantu meringankan sedikit bebanmu, kenapa tidak? Aku hanya ingin melihatmu gembira seperti sekarang, itu saja.”
“Haah… malam ini indah sekali,” kata Sandy ketika ia dan Jung Tae-Woo tiba di rumah. Sandy menciumi mawar yang ada dalam pelukannya dan tersenyum-senyum sendiri.
Sementara itu Jung Tae-Woo sudah berjalan ke arah dapur, membuka lemari es, mengeluarkan sebotol air dingin, dan meminumnya langsung dari botolnya.
“Kau punya vas bunga?” tanya Sandy.
“Entahlah, tapi kalau tidak salah ada di dalam lemari yang itu.” Ia menunjuk lemari dapur lalu berjalan ke pianonya.
Sandy membuka-buka lemari sambil bersenandung pelan. “Ini dia.” Ia mengeluarkan vas bunga berwarna biru, mengisinya dengan air, dan memasukkan bunga mawarnya ke sana. Ia mendengar Jung Tae-Woo memainkan beberapa nada lagu di pianonya.
Sandy menoleh ke arah Tae-Woo. “Jung Tae-Woo ssi, nyanyikan satu lagu,” pintanya. Lalu ia menghampiri laki-laki itu sambil membawa vas bunganya.
“Bukankah aku pernah bilang kau harus membayar kalau mau mendengarkanku menyanyi?”
Sandy meletakkan vas bunga di atas piano dan meringis. “Bukankah kau bilang kau mau membuatku gembira?”
Alis Jung Tae-Woo terangkat. “Aku pernah bilang begitu?”
Sandy mengangguk. “Kau juga pernah bilang kau akan memberikan apa pun yang kuinginkan kalau aku bersedia berfoto denganmu. Sudah lupa?”
“Aku pernah bilang begitu?” Jung Tae-Woo menengadah dan berusaha mengingat-ingat.
Sandy mengangguk dan bersandar pada piano, menunggu Jung Tae-Woo memulai lagunya.
Jung Tae-Woo mendesah. “Baiklah, kau ingin mendengar lagu apa?”
Sandy berpikir sejenak, lalu berkata, “Lagunya Jo Sung-Mo. Piano. Aku suka sekali lagu itu. Amat sangat romantis.”
Jung Tae-Woo menggaruk-garuk kepalanya. “Piano? Kenapa kau meminta lagu yang sedih? Tidak ada lagu lain yang lebih menyenangkan?”
111
“Tapi lagu itu bagus. Tidak suka? Kalau begitu, terserah kau saja mau menyanyikan lagu apa,” kata Sandy cepat-cepat.
Jung Tae-Woo berpikir sebentar, lalu meletakkan jari-jarinya di atas tuts piano dan mulai memainkannya sambil bernyanyi dalam bahasa Inggris.
I see trees of green, red roses too
I see them bloom for me and you
And I think to myself, what a wonderful world
Sandy bertepuk tangan dengan gembira ketika mengenali lagu What A Wonderful World yang sedang dinyanyikan Jung Tae-Woo itu.
I see skies of blue, and clouds of white
The bright blessed day, the dark sacred night
And I think to myself, what a wonderful world
The colors of the rainbow so pretty in the sky
Are also on the faces of people going by
I see friends shaking hands saying, “How do you do?”
They‟re really saying, “I love you”
I hear babies crying, I watch them grow
They‟ll learn much more than I‟ll ever know
And I think to myself, “What a wonderful world”
And I think to myself, “What a wonderful world”
Walaupun bahasa Inggris aktif Sandy tidak terlalu lancar, ia bisa mengerti bila mendengar orang lain berbicara dalam bahasa itu. Lagu yang dinyanyikan Jung Tae-Woo membuat dirinya seolah terbang ke angkasa, begitu damai, ringan, walaupun ia kembali menginjak bumi setelah lagu itu berakhir.
“Bagus sekali, bagus sekali,” puji Sandy sambil bertepuk tangan. “Tidak sia-sia kau tinggal lama di Amerika. Bahasa Inggris-mu sangat bagus.”
Jung Tae-Woo hanya tertawa kecil. “Sudah paus?”
“Mmm, puas dan senang,” ujar Sandy.
Jung Tae-Woo merogoh saku dalam jasnya dan mengeluarkan kotak berbentuk persegi hijau berhiaskan pita kuning. Ia meletakkan kotak itu di atas piano dan mendorongnya ke arah Sandy.
Sandy mengangkat alisnya begitu melihat kotak itu. “Apa ini?”
112
“Buka saja.”
Sandy membuka kotak itu dan tercengang ketika melihat di dalamnya ada ponsel yang sama persis seperti ponselnya yang hilang dalam kebakaran.
“Selamat ulang tahun.”
Sandy mengangkat wajahnya dan menatap Jung Tae-Woo dengan pandangan bingung dan kaget.
Tanpa menunggu kata-kata Sandy, Jung Tae-Woo melanjutkan, “Susah sekali menghubungimu kalau kau tidak punya ponsel. Sebenarnya aku ingin membeli ponsel yang lain sehingga kau tidak akan salah mengambil ponselku lagi, tapi aku berubah pikiran. Bagaimana? Aku juga sudah meminta nomor yang sama, jadi ponsel itu masih menggunakan nomor yang sama seperti ponselmu yang dulu. Bisa langsung digunakan.”
“Ooh… Terima kasih.” Sandy masih agak bingung. Ia mengamati ponsel pemberian Jung Tae-Woo, lalu berkata lagi, “Tapi ulang tahun? Jung Tae-Woo ssi, ulang tahunku besok, bukan hari ini.”
Jung Tae-Woo tersenyum lebar dan menunjuk ke arah jam dinding di belakang Sandy. Sandy berbalik dan melihat jam dinding.
“Sudah lewat tengah malam. Jadi hari ini hari ulang tahunmu,” kata Jung Tae-Woo. “Kau bahkan tidak sadar ya? Berarti kejutan yang sudah kusiapkan bisa dikatakan berhasil?”
Sandy tertegun, lalu tertawa. “Astaga, jadi makan malam tadi, bunga, kembang api, dan ponsel ini, smeua itu untuk merayakan ulang tahunku?”
Jung Tae-Woo mengangguk. “Jangan lupa, aku juga baru menyanyikan lagu untukmu. Itu juga harus dihitung.”
“Bagaimana kau bisa tahu hari ulang tahunku?”
Jung Tae-Woo hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Sandy masih bingung. “Tapi kenapa harus dirayakan malam sebelumnya? Kita bisa merayakannya beramai-ramai besok, maksudku hari ini, eh, besok. Ah, pokoknya bisa dirayakan pada harinya.”
“Sebenarnya pagi-pagi nanti aku harus berangkat ke Jepng, jadi aku tidak bisa ikut merayakan ulang tahunmu pada harinya,” Jung Tae-Woo menjelaskan.
“Ke Jepang?” tanya Sandy. “Untuk apa?”
“Kerja,” sahut Jung Tae-Woo. “Kaukira untuk berlibur?”
“Berapa lama kau akan di sana?”
Jung Tae-Woo mengangkat bahu. “Belum tentu, tapi mungkin sekitar tiga hari.”
Sandy merenung.
“Oh ya, bagaimana ini? Tidak ada kue ulang tahun,” kata Jung Tae-Woo tiba-tiba.
113
“Tidak perlu kue segala,” sela Sandy. “Sudah banyak yang kaulakukan malam ini. Bagiku itu sudah lebih dari cukup dan aku sangat gembira.”
“Terharu juga?”
“Terharu juga. Aku belum pernah merayakan ulang tahunku di tengah malam.” Sandy tertawa.
Jung Tae-Woo bangkit dari kursi piano dan berkata, “Baiklah, sudah malam, kau—“
“Tunggu dulu.” Sandy menahannya. “Nyanyikan satu lagu lagi ya?”
“Lagi?”
“Ayolah,s ekali lagi saja,” katanya sambil duduk di samping Jung Tae-Woo. “Aku suka melihatmu memainkan piano.”
Jung Tae-Woo menyerah dan duduk kembali. “Baiklah, lagu apa?”
“Terserah kau saja.”
Jung Tae-Woo menatap tuts-tuts pianonya sambil berpikir, lalu ia mengangkat wajahnya dan menoleh menatap Sandy. “Ini salah satu lagu favoritku. Judulnya Fly Me to the Moon.”
Kemudian Sandy memerhatikan jari-jari panjang Jung Tae-Woo menari-nari di atas tuts-tuts piano sementara bunyi dentingan piano yang lembut dan suara Jung Tae-Woo yang indah menghiasi kesunyian malam.
Poets often use many words to say a simple thing
It takes thought and time and rhyme to make a poem sing
With music and words I‟ve been playing
For you I have written a song
To be sure that you know what I‟m saying
I‟ll translate as I go along
Sambil bernyanyi, Jung Tae-Woo sesekali melihat ke arahnya dan mereka berdua tersenyum. Sandy tidak pernah merasa begitu… begitu… istimewa. Ya, istimewa. Makan malam, mawar, kembang api, hadiah yang diberikan Jung Tae-Woo untuknya, dan sekarang ia sedang duduk di sebelah Jung Tae-Woo sambil mendengarkan laki-laki itu menyanyi khusus untuknya. Ia merasa bahagia. Entah sejak kapan ia menyadari jantungnya berdebar dua kali lebih cepat setiap kali ia bertemu pandang dengan Jung Tae-Woo atau bila laki-laki itu tersenyum kepadanya. Entah sejak kapan juga ia mulai suka mendengar Jung Tae-Woo bernyanyi. Matanya kini tidak bisa lepas dari sosok Jung Tae-Woo yang bernyanyi sambil memainkan piano.
114
Fly me to the moon and let me play among the stars
Let me see whatSpring is like on Jupiter and Mars
In other words, hold my hand
In other words, darling, kiss me
Fill my heart with song and let me sing forever more
You are all I long for, all I worship and adore
In other words, please be true
In other words, I love you
(Hiro, album: Coco d‟Or)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar