Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengakui, hutan di
provinsi itu yang rusak dan perlu dipulihkan seluas 56.000 hektar. Hutan yang
rusak kini sekitar 4,1% dari total luas hutan di Jatim yang mecapai 1.361.146
hektar atau 28,36% dari luas wilayah. Salah satu upaya pemulihan hutan yang
rusak adalah menanam 1.000 pohon oleh ratusan Slankers seluruh Jatim yang
mengadakan Aksi Peduli Alam Semesta di Tretes Green Mountain. Upaya lain untuk
mengurangi areal hutan yang rusak adalah Pemerintah Jatim juga telah membentuk
satuan tugas pengamanan hutan.
Satuan tugas ini sebagai terobosan terbaru, sebab para
petugas diberi pelatihan mengatasi kebakaran hutan, mempersiapkan peralatan
termasuk kendaraan pemadam kebakaran. Selain itu, juga pos pemantau ditambah
karena kebakaran hutan. Dalam 3 bulan terakhir, kebakaran hutan terjadi di
Gunung Lawu perbatasan Jateng dan Jatim, Penanggungan, Semeru, Arjuno, Ijen,
dan Bromo. Kebakaran lahan dan hutan juga menelan 12 korban tewas yakni 8
pendaki Gunung Lawu dn 4 orang tewas saat kebakaran hutan pinus milik Perhutani
di Petak 49, Desa Ngilo-ilo, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, akhir
Oktober lalu.
Kepala Seksi Humas Perhutani Jatim Wahyu Dwi Hatmojo
menyebutkan, kebakaran hutan di Jatim yang hamper terjadi pada musim kemarau
justru memunculkan banyak komunitas atau kelompok di masyarakat untuk terlibat
baik dalam penanggulangan maupun aksi antisipasi. Seperti kegiatan yang
dilakukan kelompok pecinta alam bersama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan
Sumber Lestari. Kelompok ini memiliki cara untuk menjaga ekosistem alam,
termasuk mencegah kebakaran hutan di Gunung Penanggungan. Mereka juga terlibat
konservasi, termasuk persemaian dan membersihkan gulma disekitar pepohonan
untuk mencegah kebakaran, serta melakukan pembibitan 5.000 jenis tanaman
bersama Perhutani antara lain mahoni, beringin dan akasia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar