Semburan
abu dari Gunung Bromo menyebabkan tingkat hunian hotel dikawasan Malang merosot
tajam. Angka hunian hotel pada Sabtu lalu 2%. Anjloknya angka hunian antara
lain karena Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) menutup akses ke
kaldera dan kawah Bromo. Data PHRI Probolinggo menyebutkan jumlah hotel di
kawasan Bromo ada 14 buah dengan jumlah total kamar mencapai 525 unit. Dari 525
kamar itu hanya terisi, hnaya 10 kamar yang terisi.
Anjloknys
jumlah wisatawan antara lain dipengaruhi pula oleh penutupan Bandara
Abdulrachman Saleh di Malang untuk penerbangan sipil. Bandara itu ditutup sejak
Jumat lalu akibat semburan abu vulkanik Bromo. Peniadan semua penerbangan sipil
dari Malang ke Jakarta dan Denpasar sejak Jumat lalu dilakukan karena aktivitas
vulkanik Gunung Bromo yng masih fluktuatif. Pada awak Oktober lau, Gunung Bromo
berstatus waspada. Statusnya naik menjadi siaga pada 4 Desember lalu. Penetapan
status bagi Gunung Bromo dilakukan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi di Bandung. Debu vulkanik tipis yang dihasilkan oleh erupsi Gunung
Bromo telah menjangkau daerah-daerah sekitarnya, termasuk Malang.
Malang - Erupsi Gunung Bromo menyebabkan jumlah wisatawan ke
kawasan tersebut dan kawasan Balai Besar Taman Nasional Bromo, Tengger Semeru
(TNBTS) menurun drastis.
Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari, Jumat, mengakui angka kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara selama musim liburan Natal dan liburan sekolah, rata-rata hanya 100 orang per hari.
Padahal, dalam kondisi normal, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNBTS bisa mencapai 5.000 orang.
"Apalagi dalam momen pergantian tahun seperti sekarang ini, pasti jumlah wisatawan yang berkunjung sangat banyak. Namun, sekarang hanya sekitar 100 orang per hari. Kondisi ini dipengaruhi adanya erupsi Gunung Bromo dan statusnya juga masih siaga," katanya.
Gerak wisatawan pun juga dibatasi hanya sampai di Bukit Pananjakan. "Kemungkinan karena wisatawan tidak bisa mendaki puncak Bromo itulah, akhirnya wisatawan mengalihkan tujuan wisatanya," ujar Ayu.
Kota Batu
Berbeda dengan kawasan Gunung Bromo, kondisi wilayah sekitar Kota Batu justru dipadati wisatawan, sehingga terjadi kepadatan arus lalu lintas di beberapa titik. Kendaraan yang lebih banyak berpelat nomor luar Malang mendominasi jalur-jalur protokol menuju tempat wisata.
"Antrean loket masuk wisata, mengekor di jalan Oro-oro Ombo sampai hampir sepanjang jalan," kata Kasubag Humas Polres Kota Batu, Jawa Timur AKP Waluyo.
Kemacetan di Jalan Oro-oro Ombo diperparah oleh arus kendaraan yang berputar balik menuju tempat wisata dari arah Jalan Dewi Sartika.
Selain itu, titik kemacetan juga terjadi di pertigaan Batu Town Square (Batos). Di jalur tersebut terjadi penumpukan kendaraan dari tiga arah, yakni dari jalan Imam Bonjol, Jalan Diponegoro atas dan Jalan Diponegoro dari arah bawah. Jalan Sultan Agung juga mengalami kepadatan arus kendaraan yang menuju wisata Museum Angkut.
Sejak Rabu (23/12) arus lalu lintas di wilayah Kota Malang maupun Kota Batu padat merayap menuju sejumlah destinasi wisata, khususnya di Kota Batu, seperti Museum Angkut, Jatim Park 1 dan 2, BNS, Selecta, Songgoriti, Coban Rondo, serta wisata petik apel di kawasan Bumiaji, Batu.
Sementara di wilayah Kabupaten Malang, kemacetan arus lalu lintas terjadi mulai dari Lawang, Singosari hingga Karanglo, karena kawasan itu sebagai pintu masuk utama dari arah Surabaya-Pasuruan. Sedangkan di wilayah ibu kota kabupaten, yakni Kepanjen, justru lengang.
Kepala Balai Besar TNBTS Ayu Dewi Utari, Jumat, mengakui angka kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara selama musim liburan Natal dan liburan sekolah, rata-rata hanya 100 orang per hari.
Padahal, dalam kondisi normal, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan TNBTS bisa mencapai 5.000 orang.
"Apalagi dalam momen pergantian tahun seperti sekarang ini, pasti jumlah wisatawan yang berkunjung sangat banyak. Namun, sekarang hanya sekitar 100 orang per hari. Kondisi ini dipengaruhi adanya erupsi Gunung Bromo dan statusnya juga masih siaga," katanya.
Gerak wisatawan pun juga dibatasi hanya sampai di Bukit Pananjakan. "Kemungkinan karena wisatawan tidak bisa mendaki puncak Bromo itulah, akhirnya wisatawan mengalihkan tujuan wisatanya," ujar Ayu.
Kota Batu
Berbeda dengan kawasan Gunung Bromo, kondisi wilayah sekitar Kota Batu justru dipadati wisatawan, sehingga terjadi kepadatan arus lalu lintas di beberapa titik. Kendaraan yang lebih banyak berpelat nomor luar Malang mendominasi jalur-jalur protokol menuju tempat wisata.
"Antrean loket masuk wisata, mengekor di jalan Oro-oro Ombo sampai hampir sepanjang jalan," kata Kasubag Humas Polres Kota Batu, Jawa Timur AKP Waluyo.
Kemacetan di Jalan Oro-oro Ombo diperparah oleh arus kendaraan yang berputar balik menuju tempat wisata dari arah Jalan Dewi Sartika.
Selain itu, titik kemacetan juga terjadi di pertigaan Batu Town Square (Batos). Di jalur tersebut terjadi penumpukan kendaraan dari tiga arah, yakni dari jalan Imam Bonjol, Jalan Diponegoro atas dan Jalan Diponegoro dari arah bawah. Jalan Sultan Agung juga mengalami kepadatan arus kendaraan yang menuju wisata Museum Angkut.
Sejak Rabu (23/12) arus lalu lintas di wilayah Kota Malang maupun Kota Batu padat merayap menuju sejumlah destinasi wisata, khususnya di Kota Batu, seperti Museum Angkut, Jatim Park 1 dan 2, BNS, Selecta, Songgoriti, Coban Rondo, serta wisata petik apel di kawasan Bumiaji, Batu.
Sementara di wilayah Kabupaten Malang, kemacetan arus lalu lintas terjadi mulai dari Lawang, Singosari hingga Karanglo, karena kawasan itu sebagai pintu masuk utama dari arah Surabaya-Pasuruan. Sedangkan di wilayah ibu kota kabupaten, yakni Kepanjen, justru lengang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar