Selasa, 19 Januari 2016

TEROR DI JAKARTA

Diduga Terkait Bom Thamrin, Densus 88 Bawa Napi Teroris dari Nusakambangan
Densus 88 membawa seorang napi teroris yang selama ini mendekam di LP Kembang Kuning bernama Syaiful Anam alias Mujadid alias Brekele. Syaiful dibawa ke Jakarta karena diduga terlibat dalam kasus bom Thamrin.

Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) Jateng, Molyanto mengakui jika Densus 88 telah membawa salah seorang napi dari LP Kembang Kuning karena ada dugaan yang bersangkutan terlibat dalam kasus Bom Thamrin.

"Iya Densus 88 sudah membawa napi kasus terorisme yang mendekam di LP Kembang Kuning ke Jakarta," kata Molyanto kepada wartawan,

Dia mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah meningkatkan pengamanan di LP khusus napi terorisme di Nusakambangan. "Sekarang pengamanan tidak hanya dari internal saja, tapi juga melibatkan anggota kepolisian dibantu aparat TNI. Mereka melakukan patroli secara rutin," ujarnya.

Saat membawa Syaiful dari LP Nusakambangan, Densus 88 juga menyita sejumlah telepon seluler, router penguat sinyal beserta adaptor, untaian kabel panjang dan juga sejumlah uang.

"Razia kami lakukan setiap hari. Tetapi ternyata masih lolos juga ada telepon seluler. Dengan kondisi itu, maka kami minta petugas LP untuk meningkatkan patroli dan razia," jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga akan meningkatkan pengawasan pada para pembesuk terutama pembesuk napi-napi kasus terorisme. "Kami tidak bisa melarang atau membatasi kunjungan, karena hal itu terkait dengan HAM. Tapi, petugas bisa meningkatkan pengawasan kepada mereka, mulai dari pintu masuk di Dermaga Wijayapura," ujarnya. 

Polri Soal Pinjam Napi Lapas Tangerang: Terkait Kepemilikan Senpi

Kepolisian Negara Republik Indonesia membenarkan pihaknya meminjam sejumlah narapidana dari Lapas Tangerang. Peminjaman itu untuk pemeriksaan kepemilikan senjata api terduga teroris yang diamankan di Bekasi, Jawa Barat pekan lalu.

"Memang di Lapas Tangerang ada empat Napi yang dipinjam untuk diperiksa, bukan ditangkap. Pemeriksaan sehubungan masalah di Bekasi, Rawa Lumbu, terduga teroris inisial HN soal kepemilikan senjata api," kata Kadiv Humas Polri Irjen Anton Charliyan di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Polisi memang tengah menelusuri asal- muasal senpi yang digunakan pelaku teror Thamrin. Selain meminjam Napi Lapas Tangerang, polisi juga mengamankan seorang inisial DN di Cipacing, Jawa Barat.

"Yang di Lapas Tangerang, lalu penangkana DN di Cipacing, Jabar ini semua menyangkut kepemilikan senjata api, tapi semua masih dalam penyelidikan," ujar Anton.

Namun sejauh ini, Anton menuturkan, pihaknya belum mememukan bukti keterkaitan aksi teror di Thamrin dengan pemeriksaan Napi Lapas Tangerang dan penangkapan Cipacing soal muasal senpi tersebut.

Solusi Tangkal Ancaman ISIS, Menteri Pertahanan: Bela Negara!

Serangan di kawasan Jalan MH Thamrin Jakarta membuat masyarakat perlu lebih meningkatkan kewaspadaan keberadaan kelompok-kelompok kekerasan semacam ISIS. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berbicara soal solusi mengatasi ancaman kelompok berbahaya yang mengatasnamakan agama itu. 

"Dulu kan sedikit, sekarang sudah tiga ribuan kalau dibiarkan akan bertambah, berbahaya itu," kata Ryamizard di Apel Kebhinekaan Lintas Iman, di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat,
Ryamizard mengatakan, dulu anggota ISIS masih sedikit. Sedangkan sekarang sudah melampaui tiga ribu anggota. Maka Indonesia harus bertindak mencari solusi mengatasi keberadaan kelompok berbahaya itu. Solusinya adalah program Bela Negara yang dimotori Kementerian Pertahanan.

"Saya akan siapkan bela negara untuk menangkal segalanya. Bela negara itu bersatu semua rakyat," kata Ryamizard.

Ryamizard menilai rakyat perlu dilatih untuk menangkal pengaruh paham kekerasan itu. Langkah menangkal pengaruh kelompok semacam itu tak bisa dilakukan oleh sekadar orang-orang yang berkumpul tanpa pemahaman yang jelas.

"Salah satu yang saya tonjolkan, selain tentara dan alutsistanya, adalah rakyat. Rakyat itu besar, makanya saya sampaikan jika ada 100 juta rakyat yang terlatih, radikalisme dan terorisme tidak ada apa-apanya. Kalau rakyat hanya berkumpul-kumpul tapi tidak berlatih, percuma saja," tandasnya.

Senada dengan Ryamizard, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama Said Aqil Siraj menyatakan ISIS memang berbahaya. Said menilai, ISIS punya rencana jahat di Indonesia.

"Sudah bahaya itu. Mereka sudah punya agenda yang masif di Indonesia," kata Said.




Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar